Libya butuh demokrasi bukan tirani
Libya, negeri sosialis yang dipimpin Muammar Khadafi terkenal sebagai
gudang minyak. Kekayaan alam yang melimpah membuat negeri di Afrika
Utara ini menjadi eksportir minyak terbesar dunia ke-12. Apa sih yang membuat negara ini rusuh? Sebelum meninggal bahkan Khadafi masih sempat berkata kepada rakyatnya bahwa dia telah memberikan kesejahteraan tetapi kenapa rakyatnya masih melawanya? Rupanya rakyat Libya lagi gandrung dengan demokrasi, barangkali mereka sudah muak dengan tirani.
Memang soal kesejahteraan telah dibuktikan oleh Bank Dunia bahwa lebih dari separuh Produk Domestik Bruto (PDB)
Libya diperoleh dari industri minyak dan gas. Pada 2009, PDB Libya
sebesar US$62,36 miliar. Dengan penduduk yang hanya 6,4 juta, pendapatan
per kapita negeri itu US$12.020. Sangat tinggi bila dibandingkan dengan
Indonesia yang pada 2010 saja, baru US$3.000.
Khadafi sudah membuktikan bahwa dia sudah bisa memberikan pelayanan kesehatan dan pendidikan gratis kepada rakyatnya. Berbeda jauh dengan Indonesia yang seperti itu masih ada dalam mimpi.
Saat ini kita hanya bisa berharap, mudah-mudahan Libya yang sudah makmur itu tidak terjerumus pada demokrasi yang penuh korupsi seperti di Indonesia ini.
Komentar
Posting Komentar