Selamat Jalan Supervisorku


Adalah Marcelinus Soge, 45 tahun yang kami rekrut sebagai Supervisor Assembling (perakitan) sejak Juli 2008. Dia sudah berpengalaman lama dalam bidang permebelan di Jakarta.

Job description dimulai dari pengecekkan jumlah komponen yang hendak dirakit oleh bagian assembling, menyiapkan gambar kerjanya dalam arti menyiapkan fotocopy apabila belum ada dan master gambarnya minta dari Drfter, menerangkan kontruksinya kepada tukang borong, setiap hari selalu mengecek kebenaraan ukuran barang jadinya dicocokkan dengan master gambar. Disinilah arti pentingnya peran gambar karena gambar benar-benar merupakan sumber hukum dari segala persoalan assembling..

Pagi ini jam 10 Marcel datang kemeja kerjaku. Dengan wajah sangat memelas dia membeberkan perhitungan gajinya yang dipotong cicilan sepeda motor Honda supra x tinggal Rp 600.000 untuk operasional sebulan keluarganya. Saya tidak kaget karena sudah tahu perhitungan itu sejak dia memutuskan kredit motor 4 bulan yang lalu. Padahal dia mempunyai istri dengan 3 anak, 1 orang anak sulungnya telah kerja di sebuah Hotel di Bali sebagai karyawan biasa yang gajinya UMR relative habis untuk biaya hidupnya sendiri, sementara anaknya yang kedua duduk di Klas 2 SMA dan yang ketiga SD klas 5. Saya hanya bisa tersenyum menghadapi kesulitan financial yang sudah sangat lumrah ini.

“Bang Marcel, santai sajalah, tertawakan saja kesengsaraan kita ini supaya hati kita jadi lebih lega.” Padahal nanti sore ada sumbangan Muslikin tukang borong assembling mau menikah, dia hanya punya Rp 10 ribu pemberian istrinya tadi pagi untuk beli bensin pulang pergi kerja. “Gampang bang”, kataku. “Kita sumbang doa saja sama sie Mus itu, tapi jangan amplop kosong, setuju!” Dia cuma bisa nyengir dan ngeloyor begitu saja dari meja kerjaku, tanpa pamit. “Hai, verstek kaki meja dikontrol lo jangan sampai meleset tuh versteknya, ok?” Kepalanya dianggukkan loyo tanpa menjawab. Aku memang paling suka menganiaya anak buahku yang satu ini, kita telah sepakat menggunakan istilah menganiaya sebagai manifestasi instruksi ataupun ejekan kepadanya. Sesuai rencana sorenya kusodorkan amplop beserta isinya kepada Marcel. “Bang, sana pergi ke tempat Mus, amplop ini kau tulis namamu dan kasih dia.” Marcel terpana melihatku dan sebelum dia menjawab sudah kupotong “Nggak usah ribut, dah sana pergi” sambil kudorong punggungnya. “Siap Ndan….”

Bulan April 2009 yang lalu dia meninggal di depanku. Habis istrirahat siang begitu bel masuk kerja berbunyi, aku berjalan ke lapangan hendak mengecek stock fancy mindi 15 m/m satu muka yang ada di sebelah barat mesin Hotpress, rupanya Marcel berjalan di belakangku dan berhenti pada tumpukan papan jati yang hendak dipakai untuk menyelesaikan order meja makan. Tumpukan papan jati itu ada diselatan tumpukan fancy yang tengah kuhitung.

Tiba-tiba saja ada suara “krosak” dan ada teriakan dari belakangku dari seorang operator Pak Marcel jatuh pak…” Kaget, kutoleh Marcel sudah terlentang dgn kedua lengan tangan ditekuk didepan dada menggenggam , kaku tegang. Spontan aku lari menghampiri dan ketika hendak kubopong berat, maka aku terik kepada anak2 operator ”Hai…tolong bawa ke ruang meeting.” Begitu sampai di ruang meeting tetap tidak sadar, maka segera diputuskan bawa ke RS Wirosaban. Dan tidak ada 1 jam kemudian ada kabar dari RS bahwa jiwanya tidak tertolong karena serangan jantung. Begitu gampang dia meninggalkan kita, seluruh pabrik lantas diam membisu, kaget, berbagai perasaan dan pikiran campur aduk berputar-putar di kepala karena tidak tahu apa-apa soal kematian ini, semua misteri. Selamat jalan kawanku.Dan benar, saya hanya bisa kirim doa kepadamu.

Hanung Sudibyono

Komentar

Artikel Populer

Karet Gelang Panci Fissler Rusak

Cooking Class Hakasima di Rm Cobra Yogya (Product)

Panci Presto Fissler Berganti Menjadi Sizzling