Borobudur Temple History
Candi Borobudur merupakan peninggalan nenek moyang kita yang bercorak Buddha. Letaknya di daerah Muntilan, Kabupaten Magelang, Provinsi Jawa Tengah. Bangunan Candi Borobudur dikelilingi oleh Bukit Menoreh yang membentang dari timur ke barat, Gunung Merapi, Gunung Merbabu di sebelah timur, serta gunung Sumbing dan Gunung Sindorodi sebelah barat.
Candi Borobudur didirikan pada tahun 824 M (746 Saka) oleh raja Mataram yang bernama Sanmaratungga.Pada waktu itu, raja Mataram di Jawa Tengah berasal dari keturunan Sailendra. Candi ini didirikan untuk menghormati pendiri dinansti Sailendra.
Raja-raja Sailendra menganut agama Buddha Mahayana. Dalam perkembangan selanjutnya, Candi Borobudur merupakan bangunan suci agama Buddha.Candi ini terdiri dari sepuluh tingkat yang dibagi menjadi tiga bagian.Bagian-bagian candi ini melambangkan jenjang yang harus dilalui manusia untuk menuju nirwana (surga).
Bangunan candi Borobudur merupakan bangunan yang berbentuk stupa raksasa. Bangunan ini terdiri atas lima teras persegi dan empat teras bulat, dengan sebuah stupa induk sebagai puncaknya.Arca-arca Buddha yang menghiasi Candi Borobudur mudah dikenali karena selalu digambarkan berwujud manusia. Pakaiannya berbentuk jubah seorang rabib yang terdiri atas pakaian luar dengan bahu kanan terbuka dan pakaian dalam yang tampak pada kaki.
Keistimewaan Candi Borobudur ialah dindingnya penuh dengan ukiran pahatan yang menggambarkan sejarah agama Buddha dan kehidupan rakyat pada masa bangunan ini didirikan. Gambar yang diukir pada permukaan dinding candi disebut relief. Relief-relief yang terdapat pada dinding candi Borobudur antara lain sebagai berikut :
1. Karmawibhangga
Relief Karmawibhangga menggambarkan berlakunya hukum sebab-akibat (karma). Artinya, setiapperbuatan baik atau buruk membawa akibat bagi yang melakukannya. Siapa yang berbuat baik akan mendapat pahala. Sebaliknya yang berbuat jahat akan mendapat hukuman atau siksaan.
2. Lalitavistara
Lalitavistara adalah kisah sandiwara. Kehidupan Buddha saat bergelimang harta dirasa sangat fana. Untuk mencari arti hidup, maka Sang Buddha mengasingkan diri dan bertapa. Saat sedang bertapa itulah Sang Buddha mendapat wahyu (pencerahan) tentang makna hidup yang sebenarnya.
3. Awadana dan Jataka
Relief ini menggambarkan tentang kehidupan Buddha dari masa lalu (Awadana) dan kisah tentang perbuatan kepahlawanan orang-orang suci (Jataka).
Selama seratus lima puluh tahun, Candi Borobudur menjadi pusat ziarah penganut agama Buddha. Namun sejak abad ke 10,nasib Borobudur tidak terurus lagi. Tumbuh-tumbuhan liar mulai merusak candi yang indah dan suci itu. Gempa bumi dan gunung meletus yang terjadi disekitar candi menyebabkan sebagian atasnya runtuh. Lama kelamaan candi Borobudur tertimbun tanah.
Sejak ditemukan kembali tahun 1814, mulai dilakukan usaha perbaikan pada bagian yang rusak. Usaha perbaikan pertama dilakukan pada tahun 1907 - 1911 di bawah pimpinan Theodor Van Erp (seorang warga Belanda). Dan usaha ini berhasil menyelematkan kerusakan Borobudur yang lebih parah.
Selanjutnya pada tahun 1956, Pemerintah Republik Indonesia meminta bantuan UNESCO untuk melakukan penelitian sebab-sebab kerusakan Candi Borobudur. UNESCO kemudian mengirimkan Dr. Coremans dari Belgia. Hasil penelitiannya mengatakan bahwa air hujan merupakan penyebab utama kerusakan Candi Borobudur.
Pada tahun 1973, Menteri Pendidikan dan Kebudayaan Republik Indonesia membentuk Badan Pemugaran Candi Borobudur (BPCB). Antara tahun 1973 - 1983 dilakukan pemugaran yang kedua yang ditangani langsung oleh Pemerintah Republik Indonesia dan mendapat bantuan dari UNESCO.
Candi Borobudur didirikan pada tahun 824 M (746 Saka) oleh raja Mataram yang bernama Sanmaratungga.Pada waktu itu, raja Mataram di Jawa Tengah berasal dari keturunan Sailendra. Candi ini didirikan untuk menghormati pendiri dinansti Sailendra.
Raja-raja Sailendra menganut agama Buddha Mahayana. Dalam perkembangan selanjutnya, Candi Borobudur merupakan bangunan suci agama Buddha.Candi ini terdiri dari sepuluh tingkat yang dibagi menjadi tiga bagian.Bagian-bagian candi ini melambangkan jenjang yang harus dilalui manusia untuk menuju nirwana (surga).
Bangunan candi Borobudur merupakan bangunan yang berbentuk stupa raksasa. Bangunan ini terdiri atas lima teras persegi dan empat teras bulat, dengan sebuah stupa induk sebagai puncaknya.Arca-arca Buddha yang menghiasi Candi Borobudur mudah dikenali karena selalu digambarkan berwujud manusia. Pakaiannya berbentuk jubah seorang rabib yang terdiri atas pakaian luar dengan bahu kanan terbuka dan pakaian dalam yang tampak pada kaki.
Keistimewaan Candi Borobudur ialah dindingnya penuh dengan ukiran pahatan yang menggambarkan sejarah agama Buddha dan kehidupan rakyat pada masa bangunan ini didirikan. Gambar yang diukir pada permukaan dinding candi disebut relief. Relief-relief yang terdapat pada dinding candi Borobudur antara lain sebagai berikut :
1. Karmawibhangga
Relief Karmawibhangga menggambarkan berlakunya hukum sebab-akibat (karma). Artinya, setiapperbuatan baik atau buruk membawa akibat bagi yang melakukannya. Siapa yang berbuat baik akan mendapat pahala. Sebaliknya yang berbuat jahat akan mendapat hukuman atau siksaan.
2. Lalitavistara
Lalitavistara adalah kisah sandiwara. Kehidupan Buddha saat bergelimang harta dirasa sangat fana. Untuk mencari arti hidup, maka Sang Buddha mengasingkan diri dan bertapa. Saat sedang bertapa itulah Sang Buddha mendapat wahyu (pencerahan) tentang makna hidup yang sebenarnya.
3. Awadana dan Jataka
Relief ini menggambarkan tentang kehidupan Buddha dari masa lalu (Awadana) dan kisah tentang perbuatan kepahlawanan orang-orang suci (Jataka).
Selama seratus lima puluh tahun, Candi Borobudur menjadi pusat ziarah penganut agama Buddha. Namun sejak abad ke 10,nasib Borobudur tidak terurus lagi. Tumbuh-tumbuhan liar mulai merusak candi yang indah dan suci itu. Gempa bumi dan gunung meletus yang terjadi disekitar candi menyebabkan sebagian atasnya runtuh. Lama kelamaan candi Borobudur tertimbun tanah.
Sejak ditemukan kembali tahun 1814, mulai dilakukan usaha perbaikan pada bagian yang rusak. Usaha perbaikan pertama dilakukan pada tahun 1907 - 1911 di bawah pimpinan Theodor Van Erp (seorang warga Belanda). Dan usaha ini berhasil menyelematkan kerusakan Borobudur yang lebih parah.
Selanjutnya pada tahun 1956, Pemerintah Republik Indonesia meminta bantuan UNESCO untuk melakukan penelitian sebab-sebab kerusakan Candi Borobudur. UNESCO kemudian mengirimkan Dr. Coremans dari Belgia. Hasil penelitiannya mengatakan bahwa air hujan merupakan penyebab utama kerusakan Candi Borobudur.
Pada tahun 1973, Menteri Pendidikan dan Kebudayaan Republik Indonesia membentuk Badan Pemugaran Candi Borobudur (BPCB). Antara tahun 1973 - 1983 dilakukan pemugaran yang kedua yang ditangani langsung oleh Pemerintah Republik Indonesia dan mendapat bantuan dari UNESCO.
Komentar
Posting Komentar