Crop Circle di Sleman dan Bantul buatan Manusia
(Sleman 25/1/11) - Yogyakarta memang gudangnya orang kreatif dan santun. Daerah lain boleh saja berdemo soal segala sesuatu dengan cara kasar dan mreman, tetapi Yogyakarta yang diusik ke Istimewaannya justru berdemo dengan budaya. Nah, kali ini sekelompok team kreatif berani tampil beda membuat crop circle. Barangkali misi mereka lebih kepada penyadaran bahwa kita hidup di dunia ini tidak sendirian, ada mahkluk lain, publik digiring untuk berpikir soal UFO, simple saja. Dan ini meraih sukses besar, buktinya selama tiga hari terakhir ini bisa menyedot perhatian seluruh media massa Nasional. Rehat sejenak setelah capai mengikuti berita Gayus sang mafia pajak ...ha..ha...ha...
Bahkan di negara lain crop circle ini sudah merupakan komoditas dan digunakan sebagai advertensi. Perusahaan pemesan crop circle bisa meminta logo perusahaannya yang ditampilkan dan mereka harus mengeluarkan ratusan dollar untuk membuat entertain semacam itu.
Crop circle ini dibuat di tanah sawah yang baru akan menguning di Dusun Jogomangsan, Desa Jogotirto, Kecamatan Berbah, Kabupaten Sleman, Yogyakarta. Mudah-mudahan atraksi ini tidak menjalar ke ranah hukum bagi pembuatnya mengingat Polda DIY tengah memburu sang pembuatnya setelah tadi siang dipastikan pihak LAPAN bahwa crop circle ini sebagai buatan manusia. Cek di lapangan menunjukkan bahwa batang padi rebah mulai dari bawah, direbahkan dengan benda tertentu, bukan ditekuk oleh angin apalagi panas dari sesuatu mesin, dan tidak ada radiasi benda asing. Pada titik tengahnya (as) ditemukan bekas tancapan benda berdiameter 4 cm dengan kedalaman 25 cm yang diprediksi sebagai centre saat membuat pola. Bekas injakan kaki tidak begitu kentara karena bisa saja team pembuat pola berdiri hati-hati di atas galengan (pematang sawah).
Proses pembuatannya pun sangat mudah dan cepat. Apalagi dengan bantuan jig (mal) atau alat bantu seperti tongkat yang ditancapkan sebagai as lingkaran serta tali rafia sebagai pengatur jarak jari-jari lingkaran, tinggal dijalankan keliling sambil merebahkan padi dengan papan dan kemudian diinjak. Tukang dari Jepara mah lebih jago membuat ukiran yang rumit, membuat kaki belakang kursi (back leg) yang melengkung, sandaran kursi melengkung dengan bantuan jig. Jadi tidak usah gumunan, itu hanya pola geometris sederhana. Segi positipnya, kejadian ini memberi edukasi matematis sederhanan kepada masyarakat, maka sayangilah sain dan teknologi wekekeke....
Bagi team pembuat crop circle yang sudah berpengalaman bisa membuat pola semacam itu dalam waktu sekitar satu jam. Bisa dibuat dalam keadaan gelap maupun dengan bantuan sinar lampu. Barangkali apabila dibuat dengan sinar lampu, penduduk setempat bisa saja salah lihat dan menganggap itu sebagai pesawat yang sedang mendarat, tenan iki...
Performance crop circle ini saya nilai berhasil karena antusiasme masyarakat untuk melihat cukup besar. Bahkan mereka rela naik bukit kapur yang terjal dan licin demi untuk melihat pola itu dari atas Gunung Suru setinggi 25 - 30 m. Kelihatan sekali bagi mereka yang tidak biasa mendaki gunung akan menggeh-menggeh saat sampai di atas bukit. Celakanya siang tadi ada seorang mahasiswa terjatuh dari bukit setelah tersambar petir dan tewas. Belakangan diketahui bahwa mahasiswa itu bernama Aldo Adolvo (26 tahun) yang tercatat sebagai mahasiswa dari Universitas Proklamasi (Unprok) Yogyakarta. Aldo ini menonton crop circle dengan ketiga temannya dan dia kos di Perum Yadara, Catur Tunggal, Depok, Sleman.
Fenomena crop circle ini juga muncul di tanah persawahan di Dusun Wanujoyo, Desa Srimartani, Kecamatan Piyungan,Kabupaten Bantul. Menurut warga sekitar crop circle ini diketahui sekitar tiga hari yang lalu. Warga berbondong-bondong menonton ke lokasi padi rebah setelah ditayangkan berkali-kali oleh media televisi. Crop circle yang ada di Bantul memakan dua petak sawah yang panjangnya masing-masing 30 meter dan selebar 10 meter.
Inilah videonya :
Komentar
Posting Komentar