Update Status Kali Putih di Jumoyo

Bencana lahar dingin yang sudah menghancur-leburkan berbagai infrastruktur di lereng Merapi, terutama Jumoyo ternyata masih belum seberapa, masih relatif kecil! Karena menurut prediksi material lahar dingin yang turun baru sebanyak 35%, sisanya yang mencapai sekitar 100 juta meter kubik masih ada di puncak Merapi.

Nah, sewaktu-waktu jikalau hujan lebat dengan intensitas tinggi terjadi di lereng Merapi, maka material vulkanik itu berpotensi runtuh dalam jumlah besar dan menimpa warga yang ada di lereng. Oleh karena itu masyarakat tetap diminta waspada, terutama bila ada awan comulus nimbus yang berakibat hujan lebat disusul petir menyambar-nyambar. Ancaman lahar dingin ini bisa mencapai radius 20 km seperti di kawasan Jumoyo ini.




















Wawancara yang kita lakukan dengan penduduk setempat menyatakan bahwa Kali Putih itu dahulu pada jaman kolonial Belanda lurus menyeberang jalan raya, tetapi pada jaman order baru, jamannya Pak Presiden Soeharto dibelokkan seperti sekarang ini. Nah, apabila terjadi arus deras banjir seperti kemarin akhirnya meluber kekiri yaitu ke pasar Jumoyo dan ke kanan mengikuti aliran pembelokan dan lurus naik ke jalan raya.







Inilah hasil kerja sekejap luberan Kali Putih yang ada disebelah barat jalan raya Yogya - Magelang. Saat itu luberan material vulkanik hanya berupa batu dan pasir. Dan bukan hal yang aneh atau misterius apabila ada batu masuk dalam rumah, biasa-biasa saja. Sempat beredar cerita mistis bahwa salah satu batu besar ada yang kembali ke Merapi saat dipindah dari tempatnya, ah tenane?










Ada tiga orang dan hanya kelihatan dua orang karena yang satu orang bapak-bapak berjongkok lemas melihat rumahnya kelihatan ndeprok setelah teruruk pasir. Tenang saja Pak, tinggal dibelikan semen untuk bangkit kembali...

Sebagian besar penduduk yang rumahnya terkena limpahan pasir dan batu terbagi menjadi  dua (2) pendapat, yaitu :

1. Dibongkar atapnya dan diambil isi rumahnya yang masih tersisa. 
2. Tidak mau dibongkar atapnya dan diambil barang2 yang masih tersisa, serta tetap dibiarkan sampai musim hujan tahun ini berakhir (meskipun para relawan bersedia membantu). Dengan alasan: a.kalau dibongkar atapnya dan kayu2 lalu akan diletakkan dimana. b.Jika tetap diletakkan di sekitar rumahnya, begitu ada lahar dingin datang lagi, akan hanyut, hilang entah kemana. 
c.Barang2 yang kemungkinan masih ada di dalam rumah, kalau belum selesai diambil sudah datang lahar dingin lagi, akan ikut hanyut. Ada yang mengaku di dalam rumahnya masih ada sepeda motor yang belum sempat diselamatkan (terpendam pasir).

Soal rumah yang terkena musibah saja ada beberapa pendapat, apalagi soal Gayus, soal Keistimewaan Yogya. Itulah demokrasi yang terkadang tidak taktis...wakakakaka

















Rekaman sesaat jalan Yogya - Magelang dalam kondisi sudah normal. Pasir dan batu yang tadinya memenuhi jalan sampai setinggi 1,5- 5 m sudah dipinggirkan. Kelihatan ada batu besar melebihi mobil belum terangkat atau dipindah karena terlalu berat. Kemarin kita katakan bahwa sudah didorong dengan Buldozer yang ada ternyata hanya kemutuk roda rantai menggesek aspal tetapi batunya tidak bergeming. Demikian pula coba ditarik dengan Escavator sampai ekornya njengking batunya tetap diam.


Perlu kita sampaikan juga bahwa sisi barat jalan raya Yogya - Magelang ini juga tergerus lahar dingin beberapa meter. Sampai saat ini hanya dipasang police line dan belum ada tanda-tanda kapan hendak diperbaiki.



Normalisasi Kali Putih terus dilakukan siang malam oleh pihak pemerintah di bantu swasta dan dermawan. Ada sekitar 12 buah alat berat yang bekerja di Kali Putih. Mereka kejar-kejaran dengan hujan yang sewaktu-waktu bisa menguruk kembali material yang telah dipindahkan.






Saat ini kalau kulakan pasir satu rit truck setara Mitshubisi 120 PS atau sekitar 5 m kubik cukup memberikan ganti rugi solar Escavator sebanyak Rp 50.000. Padahal kalau kondisi normal bisa mencapai Rp 180.000 per satu rit truck belum termasuk TPR Rp 50.000 dan ongkos menaikkan pasir ke truck. Jadi saat ini yang jelas langsung memperoleh keuntungan adalah sopir truck pasir luar kota Muntilan.





Bedanya pasir Kali Putih dengan pasir Kali Gendol adalah kalau pasir Kali Putih tidak usah disaring dengan ayakan sudah dalam kondisi lembut dengan kualitas prima, hanya kotos-kotos basah penuh air. Sedangkan untuk pasir kali Gendol harus disaring dahulu kerikilnya, kondisi kering lembab tetapi hangat kemebul penuh uap belerang.





Beginilah bentuk Shelter Box yang dipakai untuk mengungsi penduduk sekitar Jumoyo yang terusir dari rumahnya akibat terjangan material vulkanik Merapi. Kalau siang mereka mengecek rumahnya dengan mengais-ngais barang yang bisa diselamatkan. Dalam hal ini sangat dibutuhkan relawan dan dermawan untuk membangun kembali rumah mereka. Apabila hanya mengharapkan bantuan dari pemerintah maka dipastikan recovery mereka akan sangat lambat, kasihan mereka lelah lahir dan bathin.





Komentar

Artikel Populer

Karet Gelang Panci Fissler Rusak

Cooking Class Hakasima di Rm Cobra Yogya (Product)

Panci Presto Fissler Berganti Menjadi Sizzling