Akhir-akhir ini kita mendengar selentingan dari daerah di luar Yogya begini "Mumpung Yogya sedang terpuruk pasang advertensi besar-besaran tentang pariwisata". Justru kita bangga,rupanya Yogya menjadi raksasa pariwisata selama ini, sehingga saat ini moment keterpurukan itu hendak ditangkap oleh daerah lain untuk gencar promosi setelah Merapi erupsi. Kelihatannya sadis ya...tetapi itulah bisnis, menjadi wajar kalau sudah berurusan dengan bisnis. Namun ingat, tak mudah merebut kue dari raksasa pariwisata yang hanya limbung karena sebentar lagi Yogya akan segera bangkit menjadi lebih eksotis. Coba banyangkan, selama ini banyak masyarakat penasaran atas Yogya yang terkena musibah erupsi Merapi. Nah bukannya kita hendak menjual bencana erupsi Merapi untuk membangkitkan potensi wisata Yogya tetapi hanya menuntaskan rasa penasaran masyarakat saja yang hendak mengecek langsung ke Yogya. Datanglah ke Yogya dan lihatlah sendiri keadaannya, itu saja.
Potensi Yogya itu sudah go internasional, meskipun beberapa waktu lalu sebuah media mesensasionalkan secara negatip Yogyakarta, dalam relatif singkat pengaruhnya sudah hilang. Memang sifat media seperti itu, lebih seneng yang berbau sensasi, didramatisir guna meningkatkan ratingnya, faktanya begitu. Mereka pergi sendiri setelah Merapi mereda, itulah jeleknya, pemberitaan mereka sering tidak berimbang. Media tidak banyak berkoar setelah bandara Adisucipto dibuka kembali.
Nah saat ini masyarakat penggiat pariwisata Yogya pun sudah siap dan selalu meningkatkan kemampuan serta kreatif dalam memformat garapan potensi seni tradisional menjadi sebuah atraksi dan pertunjukan yang menarik. Produk wisata tidak akan berkembang kalau tidak dikemas secara kreatif. Kalau Yogya dahulu hanya Kraton, Paris (Parangtritis), dan Borobudur tapi ke depannya untuk selalu jeli mengembangkan potensi yang ada.
Pemerintah hanya bisa memfasilitasi dan itupun ada keterbatasan mengingat personil dalam dinas Pariwisata belum tentu ekspert dalam bidangnya, tetapi mereka mempunyai wewenang untuk mengembangkan. Dengan demikian masing-masing pihak harus saling belajar (take and give).
Wisman yang berkunjung ke Yogyakarta berjumlah 9 rb - 18 rb per bulan. Obyek Daerah Tujuan Wisata (ODTW) Yogya ada 22 tempat. Saat ini angka kunjungan wisata formulasinya masih berbeda-beda (belum standard), misal Kabupaten Bantul dihitung berdasarkan karcis yg masuk ke Paris, Gunung Kidul yang masuk ke Pantai Baron, dan Sleman berdasarkan karcis di Monjali dan Kaliurang. Pada umumnya keberhasilan wisata dihitung dari lamanya menginap (long stay), cuma saat ini formulasinya masih belum jelas untuk kota Yogyakarta. Lama kunjungan per hotel seharusnya juga diperhitungkan, jadi jangan hanya dihitung dari Kraton saja tetapi meluas menjadi 22 tempat.
Ketika ODTW tidak dikembangkan maka mereka akan terbiasa dan imun sehingga mengurangi repeater kunjungan. Oleh karena itu yang mendesak harus segera digarap dan dikemas adalah potensi lokal menjadi atraksi wisata yang menarik.
Potensi dan daya tarik wisata berbasis seni dan budaya saat ini dijadikan ikon wisata Yogyakarta mengingat kota Yogya sebagai pusat budaya jawa melalui keberadaan Kraton Yogya tentu menjadikan Yogya sangat kaya potensi budaya termasuk di dalamnya berbagai atraksi kesenian sampai dengan keunikan pola kehidupan masyarakat yang apabila dikemas dengan tepat akan menjadi nilai tambah kekuatan daya tarik,misalnya Kampung Dipowinatan ngopeni tradisi manten, sunatan dll ini sangat pas bagi wisman wisata minat khusus.
Potensi Kampung Wisata di Yogya saat ini ada 9 buah, yaitu
1.Dipowinatan - sosial dan budaya
2.Cokrodiningratan
3.Brontokusuman
4.Sosromenduran - apeman
5.Pandeyan
6.Dukuh - bunga kering
7.Taman
8.Winongo
9.Kotagede
|
Ibu Yulia sedang menyampaikan pembukaan diskusi |
Itu semua paparan yang disampaikan Ibu Yulia sebagai Kepala Dinas Pariwisata Yogyakarta dalam acara Focus Group Discussion (FGD) yang digelar pada Sabtu 27 Nopember 2010 di Hotel Arjuna Plaza Yogyakarta.
|
Bpk Marsito dan Bpk Hanung sedang diskusi pentingnya pers rilis |
Sesi tanya jawab setelah pemaparan pentingnya pers yang disampaikan oleh Bpk Herlambang,Direktur tabloit Info Wisata. Banyak media di Yogya yang bisa dirangkul seperti Yogya TV, Rb TV, Radar Yogya,KR sebagainya. Beri penjelasan dengan jumpa pers. Banyak event yang dibaca dalam kondisi sudah ketinggalan,artinya pembaca tidak bisa ikut datang menikmati. efek dari sentuhan pers itu luar biasa bagi peningkatan jumlah kunjungan. Coba perhatikan, sekarang ini hampir semua pers ada halaman pariwisata, dan peluang ini sangat sayang kalau tidak dimanfaatkan.
Pers rilis bisa saja di fax atau email, yang penting tgl pelaksanaan, tempat, misi dan visinya apa. syukur bisa datang ke sana untuk audensi memberikan ringkasan data itu tentang event itu. Pers tergantung dari nara sumber karena wartawan tidak akan mampu mengendus berita di kampung kita,mereka butuh informasi dan di lain pihak butuh promosi. Mereka tetap membutuhkan kemitraan,bisa aja logo pers dipajang pada event pelaksanaan.
|
Istirahat Makan Siang |
|
Pemaparan oleh Advance Communication |
|
Sedang dijelaskan apa artinya Event |
|
Diskusi jadi hangat membahas kemasan event wisata |
|
Wakil dari Kawasan Code juga antusias |
|
Wakil dari dipowinatan juga mau ngEvent... |
|
Rupanya pelaku wisata mulai demen Event... |
|
Saat Coffee Break pun tak lepas bahas soal Event... |
|
Teman kita dari Tamansari masih tetap semangat meski proposal eventnya belum direken... |
|
Tamansari sedang diberi trik jitu soal proposal eventnya |
|
Pencerahan dari pakar Event.... |
|
Adu argumen sedikit nggak apa-apa.. |
|
Resume by Dispar |
Komentar
Posting Komentar