Dipowinatan Sebagai Narasumber Pelatihan Guide

30 orang guide dan calon guide ditraining  mengenai guide dan manajemen guide. Pelatihan difasilitasi oleh Dinas Pariwisata DIY. Dalam hal ini Dipowinatan dipilih sebagai nara sumbernya. Pelatihan secara teori dimulai dari jam 13.00 WIB kemudian kunjungan ke Dipowinatan sekitar jam 15.00. Para peserta pelatihan pertama-tama kita ajak untuk mengunjungi kantor Dipo-wisata, yaitu di ruang public kampung Dipowinatan. Di kantor Dipo-wisata ada penjelasan mengenai photo2 yang terpajang disitu, dibagi brosur ttg Dipo-wisata termasuk paket wisata ada paket melati(tarif $10/orang, datang dan diajak berkunjung ke salah satu warga), paket mawar (tarif $15/orang, datang berkunjung dengan makan siang di tempat, makan ayam presto yogya...hehe...), paket mawar plus (tarif $17/orang, datang berkunjung dan kemudian diajak makan siang diluar seperti ke Pantai Kwaru atau Depok) dan terakhir paket anggrek (tarif $40/orang, datang berkunjung dan diajak nonton tari Ramayana di Candi Prambanan dan dinner disana).

Dari Kantor Dinas Pariwisata Kota Yogyakarta ada 5 orang trainer. Setelah dari ruang public kita antar menuju ke pendopo pamomong Dipowinatan, disitu disampaikan pemaparan mengenai Dipo-wisata mulai dari berdiri, kiprahnya dikancah pariwisata Yogya sampai jumlah kunjungan dan kendala selama ini. Dan diselipkan juga tanya jawab antara pakar Dipo-wisata dengan peserta training sambil menikmati sajian ala kadarnya berupa teh dan camilan.

Para peserta pelatihan guide diberi kesempatan seorang wakilnya  untuk menyapaikan kesan dan pesan, dari Dinas Pariwisata juga menyapaikan kesan2 nya.

Dalam sesi tanya jawab ada seorang peserta yang menanyakan tentang Dipowinatan Palace. Sebutan itu bagi kami adalah Dalem Joyodipuran. Oleh karena itu sekalian kita ajak untuk melihat bangunan Dalem Joyodipuran. Saat menuju Dalem Joyodipuran Kebetulan melewati bekas kontrakan kantor Dipo-wisata, sekalian kita pertunjukkan mengingat ada balihonya yang belum dilepas. Begitu masuk gerbang Dalem Joyodipuran, gang masuk sebelah Bank BCA Katamso, mereka terperangah melihat bangunan yang besar dan tenang ditengah kampung. Dan yang lebih menariknya ternyata bangunan ini disewakan juga untuk hajatan pernikahan atau acara yang lain. Lebih dari itu, disini tempat konggres wanita pertama tgl 22/12/1928 sampai 25/12/1928. Dan bukti konggres wanita itu ada prasastinya, yaitu disisi dinding sebelah timur yang menyatakan ini tempat kongres wanita I.


Saat melihat-lihat bangunan pendopo yang megah, sempat ada pertanyaan ruangan tempat pangeran tidur dimana, ada dibagian dalam. Ada beberapa modifikasi bangunan tetapi bangunan klasik utama tidak diubah hanya bagian teras disekat utk ruang kantor. Begitu peninjauan sampai diluar gedung, mereka bertanya, dibelakang itu ada bangunan baru apa? Itu untuk Kantor Balai Pelestarian Sejarah dan Nilai-nilai Tradisional (Kantor BKSNT).

Sungguh suasana disini sejuk dan tenang sampai mereka kerasan disitu. Baru menjelang mahgrib mereka pulang, Itupun setelah dikejar-kejar diingatkan oleh para trainer untuk segera kembali ke kelas.

Seorang guide ada pemikiran bila ada tamu dibawa ke Dipowinatan apakah ada guidenya, kita siap melayani, katakanlah sebagai city alternatif tour, asal tidak mendadak,  paling telad 2 jam sebelumnya kami diberi konfirmasi untuk penyiapan prasarananya.

Seorang tokoh kampung sekaligus sesepuh kampung, yaitu Bapak Samsubani mengatakan bahwa kampung wisata Dipowinatan bedanya dengan kampung yang lain adalah bila sudah masuk ke kampung anda akan merasakan tradisi budaya jawa masih melekat kenthal pada kehidupan masyarakat, yaitu masih adanya acara mitoni, tedhak siti, puputan dan sebagainya. Bila ada turis berkunjung dan kebetulan ada acara tradisi semacam itu,maka turis kita ajak menghadiri dan berinteraksi dgn masyarakat, sehingga lebih menyentuh secara personal. Perintis Dipo-wisata, Ir. Marsito Merto menyampaikan juga kesaksiannya bahwa kalau di Chekoslowakia orang jarang tersenyum, berjalan selalu tergesa-gesa, semua ingin cepat, sangat berbeda dengan disini dimana orang begitu gampang tersenyum, menyapa, ada keramahan dan disini meski kampung wisata tetapi tidak ada anak yang meminta-minta dollar/uang kepada tamu. Bahkan sering turis manca negara tidak mengira dengan apa yg mereka bayangkan karena ternyata disini mereka diberi souvenir ala kadarnya dan dikalungi bunga kamboja (padahal ini bunga kuburan...wekekeke)


Penerima tamu mondar-mandir karena tamunya telad datang
Selamat datang peserta pelatihan guide di Dipowinatan
Penjelasan tentang kunjungan tamu ke Dipowinatan
Pembagian Brosur Dipo-wisata
Kunjungan ke Pendopo Pamomong
Pemaparan tentang Dipo-wisata Oleh Ir.Marsito Merto
Kesan dan Pesan dari wakil peserta pelatihan
Kesan dan Pesan dari Dinas Pariwisata Yogya
Berkunjung ke Dalem Joyodipuran







Komentar

Artikel Populer

Karet Gelang Panci Fissler Rusak

Cooking Class Hakasima di Rm Cobra Yogya (Product)

Panci Presto Fissler Berganti Menjadi Sizzling