Wakil Dubes Cheko Blusukan ke Dipowinatan

(Selasa, 7/2/11) Wakil Duta Besar Republik Cheska bersama istri, yaitu Petr Dolezal dan Helena Dolezalova dan juga familynya Jaroslav Tichy datang berkunjung masuk kampung Dipowinatan alias blusukan mubeng kampung melihat performance kampung Dipowinatan.Mereka sudah tidak heran melihat barang-barang yang canggih, saat ini mereka kepengin lihat barang yang ndeso, unik, dan barangkali dekil tapi alami. Mereka mampir ke Kraton Yogyakarta dahulu sebelum masuk kampung Dipowinatan.





Suasana menunggu tamu, Pak Sigit Istiarto sebagai Ketua Dipowisata bersama Pak Warsito sebagai Ketua Rukun Warga dan  Pak Lurah Keparakan, Bapak Komaru Ma'arif, SIP sedang menunggu rombongan tamu yang dipandu oleh Guide Dipowisata Pak Marsito Merto. Beliau adalah pemandu wisata senior yang menghidupkan turis datang ke Dipowinatan, tak kenal lelah dan semakin tua semakin jadi...wekeke. Mereka sedang on the way...



 Mereka bertiga datang dan tiba di Balai Warga Dipowinatan. Selanjutnya mereka disambut sebagai tamu kehormatan dengan diberi pengalungan bunga samboja oleh Bapak Lurah Keparakan di depan Kantor Dipowisata. Pan Petr kelihatan malu-malu setelah mengetahui sambutan warga Dipowinatan yang antusias itu.





Para tamu kita ajak masuk ke Kantor Dipowisata yang sangat sederhana., yaitu berdinding batako tanpa plester dan berpintu gebyok dari kayu nangka. Sederhana dan antik tapi sarat prestasi, gitu aja...


Mereka terheran-heran melihat hasil dokumentasi photo yang begitu banyak turis asing datang ke Dipowinatan. Apa sih yang aneh dengan Dipowinatan? Kami ini biasa-biasa saja, kami hanya menyajikan performance dengan kemasan seadanya, namun penuh ketulusan dan keramahan yang alami, tidak ada bau politis..hahaha...



Nah, sebagai tanda kenang-kenangan dan sekaligus sebagai bukti outentik bahwa para turis itu benar-benar datang di Dipowinatan, mereka diminta mengisi buku tamu. Kalau pas imlek, habis tanda tangan dapat angpau dari Pan Tito Marsito...




Tak ada salahnya mejeng dahulu dengan Pak Lurah Keparakan yang masih kinyis-kinyis bertugas di Kalurahan Keparakan sejak 7 Desember 2010 ini.




Ini adalah kenthongan. Bahasa kerennya adalah early warning system (EWS). Kenthongan di Pos Ronda ini dipukul dengan irama tertentu. Apabila sebagai tanda bahaya seperti kebakaran, pencurian/perampokan,banjir dll dipukul dengan irama titir, bisa juga dengan irama doro muluk untuk mengumpulkan orang karena akan ada turis datang misalnya, irama kematian yaitu tiga ketukan kali tiga dan sebagainya. Kita tidak usah memberi tahu bahwa tanda morse kenthongan itu sudah tidak dipakai...wekekeke...




Oke, setelah jelas dengan tanda isyarat dengan kenthongan, maka para tamu asing kita ajak masuk ke masjid. Orang Dipowinatan sudah cukup dewasa untuk menerima mereka di dalam masjid.





Warga ndadani genteng bocor aja jadi obyek menarik...









Sepulang dari masjid Dipowinatan, maka para tamu kita ajak mengikuti pertemuam Ruwandip (Rukun Warga Dipowinatan) yang berupa pertemuan rutin bulanan, arisan, dan koperasi.











Selamat berpisah anak-anak Dipowinatan yang manis...kita akan melanjutkan kunjungan ke Pendopo Pertemuan. Saat keluar masuk jalan kecil (gang) mereka selalu terkagum-kagum dengan apa yang mereka lihat meski itu hanya ontel (kembang gedhang) ataupun gedebog pisang. Mereka belum tahu saja kalau ada "wit gedhang awoh pakel" - tegese, ngomong gampang nglakoni angel...aneh lagi "buah semangka berdaun sirih" wekeke...









Pan Petr terheran kagum bahwa Duta Besar Cheko pernah berkunjung ke Dipowinatan...weleh...weleh...belum tahu dia...


Acara terakhir ramah-tamah di rumah guet Dipowisata yaitu Pan Marsito Merto. Mereka kita jamu dengan makanan tradisional seperti arem-arem, lemper dll. Kalau nanti perutnya mules, kita tidak bertanggung jawab...wakakaka...


 Saat melihat banyak tamu turis pakai pakaian Jawa, sang turis spontan protes, kenapa anda tidak menawari saya pakai pakaian Jawa? Hayo? Woo...ternyata mereka kepingin toh, okelah kalau begitu...




 Kita toas dahulu dengan wedang uwuh yang semriwing rasa cengkeh...anggap aja minum Vodka.



  
Aku ini orang Jawa asli Praha...wekekeke...apakah sudah mirip Baron Sekeber? ha..ha...







Kalau yang ini mirip Tuan Dowes Dekker yang sedang jualan keris...hehehe...

Ada saatnya kita bertemu dan ada pula waktunya untuk berpisah. Meski hanya sekejap kunjungan anda, tetapi sungguh sangat bermankna dalam hati kami. Ini ada sedikit souvenir dari Dipowisata yang hendak diberikan oleh Ibu Winarsih, sebagai Ketua Rukun Tetangga (RT 05) dan sekaligus sebagai salah satu Ketua Czech House. Selamat jalan menir...adios amigos...see you again next time...and we miss you...







Pada hari berikutnya karena masyarakat Cheko ada yang memberi donasi kepada korban banjir Kali Putih maka Pan Petr Dolezal juga diajak untuk melihat langsung kondisi dan situasinya kawasan di Seloiring, Jumoyo, Magelang.


Komentar

Artikel Populer

Karet Gelang Panci Fissler Rusak

Cooking Class Hakasima di Rm Cobra Yogya (Product)

Panci Presto Fissler Berganti Menjadi Sizzling