Belajar dari Pilkada Yogya

belajar
Tanggal 25 September 2011 telah dilaksanakan pemilu walikota dan wakil walikota Yogyakarta. Saya tidak berpihak kepada salah satu kontestan tetapi hanya ingin menyampaikan temuan saya bahwa ternyata rakyat Yogyakarta itu cukup pintar. Dan mudah-mudahan kepintaran ini mewakili seluruh rakyat Indonesia. Ada salah satu kontestan yang gencar berkampanye di seluruh media daerah yang ada di Yogyakarta. Pendeknya kontestan ini rasa-rasanya paling menonjol dalam berkampanye. Bahkan suatu daerah telah disumbang sembako tetapi ironisnya di daerah itu tetap saja kalah. Apa jawaban rakyat jelata saat kita tanya? "Ada rejeki ya ditampi, tapi soal coblos...hak azazi." Ini membuktikan bahwa suara rakyat sekarang ini sudah susah dibeli.

Nah tentunya parpol yang mengusung masing-masing kontestan tidak kalah cerdik. Mereka pasti telah melakukan evaluasi terhadap kekalahan maupun kemenangan masig-masing guna memetakan kekuatan suara pada pesta demokrasi tahun 2014 mendatang. Tentu ini merupakan bahan evaluasi yang sangat berguna atas kolaborasi antar parpol yang telah mereka lakukan baru-baru ini. Kedepan harus lebih baik (dalam arti jumlah perolehan suaranya lebih banyak), bukankah begitu harapan mereka? Namun ingat, Yogya itu tetap Istimewa, termasuk rakyatnya. Rakyat disini sudah cukup cerdas, mereka mencatat perilaku para pemimpin masa lalu yang kebanyakan tidak konsisten, tidak sportif alias lupa pada janji saat kampanye. Oleh karena itu tergantung menu seperti apa yang hendak mereka sajikan besok, masyarakat Yogya yang sudah dewasa tidak akan langsung menelannya, tetapi akan diteliti dengan hati nuraninya.

Komentar

Artikel Populer

Karet Gelang Panci Fissler Rusak

Cooking Class Hakasima di Rm Cobra Yogya (Product)

Panci Presto Fissler Berganti Menjadi Sizzling