65th Independence Celebration
Doorprize utama dari kegiatan sepeda gembira adalah sepeda gunung. Hadiah ini akhirnya dimenangkan anaknya Ibu Rt 5. Kiranya kemenangan ini patut disyukuri. Demikian pula kemerdekaan ini juga patut disyukuri. Meski masih banyak kekurangan pada pemerintahan sekarang, kita tetap mensyukuri bahwa kita bisa hidup tentram, tenang dan damai.
Ini lombanya sederhana saja, peserta diminta membelakangi kursi kemudian panitia mengambil kursi hingga disisakan satu buah, siapa yang cepat mengambilnya, itulah pemenangnya. Ibu-ibu kareben rebutan kursi..wekekek. Dan apa yang terjadi, baru diambil 1 kursi 3 orang sudah ribut, yang tidak kebagian berarti kalah. Tinggal 2 ibu diminta membelakangi kursi sekali lagi,nanti kursi akan diambil satu lagi sehingga tersisa 1 kursi. Pemenangnya adalah yang mendapatkan kursi panas ini. Seru kan?
Gantian lomba untuk anak-anak, peserta harus pakai topeng dimana lubang matanya telah ditutup kertas. Kemudian peserta diminta memecahkan plastik berisi air yang telah digantungkan. Mereka diminta jalan menuju ketempat plastik itu digantung, lucunya banyak peserta yang salah arah. Namun dari sekian banyak peserta ada juga yang arahnya tepat dan pukulannya mengenai sasaran, yaitu plastik berisi air menjadi pecah. Bagi peserta yang paling cepat memecahkan plastik, itulah pemenangnya, gampang bukan?
Selanjutnya lomba bal-balan plastik untuk anak laki-laki. Jangan mencemoh dulu, siapa tahu 4 tahun ke depan muncul jago bola sekaliber Ronaldo atau Ronaldinho. Selagi kecil pakai bola plastik dulu nggak apa-apa lah, yang penting sportif...
Ini Tim Penilai lomba lingkungan tiap RT (ada 14 RT) sedang keliling melakukan sidak tentang keindahan, kerapian, keserasian, kebersihan lingkungan masing-masing RT dalam rangka mangayu bagyo HUT Kemerdekan RI yang ke 65. Biasalah, mereka masih tetap ribut eyel-eyelan seperti anak-anak TK saja, hehehe... Coba perhatikan sisi positipnya. Kampung Dipowinatan ini memang dinamis masyarakat nya, entengan, senang kumpul kegiatan jadi pantaslah kalau jadi kampung wisata. Gapuro ditengah kampung saja mereka hias sebaik-baiknya. Hebat kan?
Jangan dikira ibu-ibunya diam saja, enggaklah. Mereka sibuk jadi yuri lomba nasi tumpeng. Merekapun sadar kesehatan, dimana nasi tumpeng harus bisa dimakan utk malam tirakatan, bebas dari zat pewarna, tidak menggunakan vetsin (motto), indah dan proporsional. Inilah para juara nasi tumpeng itu. Angka itu bukan menunjukkan RT nya, itu adalah nomor undian, biar yurinya fair dan tidak membela RT nya masing-masing, sederhana bukan?
Ho ho...Gaby tampil juga dengan celana pendeknya untuk memberikan hadiah juara II nasi tumpeng. Coba kalau orang Dipowinatan yang bercelana pendek, ribut dah...tapi karena Gaby adalah tamu istimewa kita, banyak toleransi yang kita berikan. Good Job Gaby, pakai tangan kiri yo ora popo,dia kidal ....
Pada tgl 17/8/2010 sore kita orang sekampung juga melakukan upacara penurunan sang saka merah putih. Lihat,Gaby pun ikut serta upacara. Siapa bilang kita tidak nasionalis? Anak-anak sampai orang tua tumplek bleg di ruang publik untuk upacara menghormati bendera kita, mengenang para proklamator kita. Kampungku memang hebat tenan. Inilah buktinya, ada anak-anak, remaja, ibu-ibu dan bapak-bapak semua kidmat dalam upacara penurunan sang saka.
Ini lombanya sederhana saja, peserta diminta membelakangi kursi kemudian panitia mengambil kursi hingga disisakan satu buah, siapa yang cepat mengambilnya, itulah pemenangnya. Ibu-ibu kareben rebutan kursi..wekekek. Dan apa yang terjadi, baru diambil 1 kursi 3 orang sudah ribut, yang tidak kebagian berarti kalah. Tinggal 2 ibu diminta membelakangi kursi sekali lagi,nanti kursi akan diambil satu lagi sehingga tersisa 1 kursi. Pemenangnya adalah yang mendapatkan kursi panas ini. Seru kan?
Gantian lomba untuk anak-anak, peserta harus pakai topeng dimana lubang matanya telah ditutup kertas. Kemudian peserta diminta memecahkan plastik berisi air yang telah digantungkan. Mereka diminta jalan menuju ketempat plastik itu digantung, lucunya banyak peserta yang salah arah. Namun dari sekian banyak peserta ada juga yang arahnya tepat dan pukulannya mengenai sasaran, yaitu plastik berisi air menjadi pecah. Bagi peserta yang paling cepat memecahkan plastik, itulah pemenangnya, gampang bukan?
Selanjutnya lomba bal-balan plastik untuk anak laki-laki. Jangan mencemoh dulu, siapa tahu 4 tahun ke depan muncul jago bola sekaliber Ronaldo atau Ronaldinho. Selagi kecil pakai bola plastik dulu nggak apa-apa lah, yang penting sportif...
Ini Tim Penilai lomba lingkungan tiap RT (ada 14 RT) sedang keliling melakukan sidak tentang keindahan, kerapian, keserasian, kebersihan lingkungan masing-masing RT dalam rangka mangayu bagyo HUT Kemerdekan RI yang ke 65. Biasalah, mereka masih tetap ribut eyel-eyelan seperti anak-anak TK saja, hehehe... Coba perhatikan sisi positipnya. Kampung Dipowinatan ini memang dinamis masyarakat nya, entengan, senang kumpul kegiatan jadi pantaslah kalau jadi kampung wisata. Gapuro ditengah kampung saja mereka hias sebaik-baiknya. Hebat kan?
Jangan dikira ibu-ibunya diam saja, enggaklah. Mereka sibuk jadi yuri lomba nasi tumpeng. Merekapun sadar kesehatan, dimana nasi tumpeng harus bisa dimakan utk malam tirakatan, bebas dari zat pewarna, tidak menggunakan vetsin (motto), indah dan proporsional. Inilah para juara nasi tumpeng itu. Angka itu bukan menunjukkan RT nya, itu adalah nomor undian, biar yurinya fair dan tidak membela RT nya masing-masing, sederhana bukan?
Ho ho...Gaby tampil juga dengan celana pendeknya untuk memberikan hadiah juara II nasi tumpeng. Coba kalau orang Dipowinatan yang bercelana pendek, ribut dah...tapi karena Gaby adalah tamu istimewa kita, banyak toleransi yang kita berikan. Good Job Gaby, pakai tangan kiri yo ora popo,dia kidal ....
Pada tgl 17/8/2010 sore kita orang sekampung juga melakukan upacara penurunan sang saka merah putih. Lihat,Gaby pun ikut serta upacara. Siapa bilang kita tidak nasionalis? Anak-anak sampai orang tua tumplek bleg di ruang publik untuk upacara menghormati bendera kita, mengenang para proklamator kita. Kampungku memang hebat tenan. Inilah buktinya, ada anak-anak, remaja, ibu-ibu dan bapak-bapak semua kidmat dalam upacara penurunan sang saka.
Komentar
Posting Komentar