Sering Terjadi Gempa Lebih Menguntungkan ;Aktivitas Kerak Bumi Menungkat
23/08/2010 22:42:48 YOGYA (KR)- Saat ini di kerak bumi sedang terjadi peningkatan aktivitas. Hal itu dibuktikan dengan banyaknya gempa berkekuatan 5 Skala Richter (SR) atau lebih yang terjadi. Peningkatan aktivitas itu tidak hanya terjadi di wilayah Jawa, tapi juga Maluku, Sumatera serta beberapa wilayah di Indonesia. ”Meski terjadi peningkatan aktivitas di kerak bumi, masyarakat tidak perlu panik. Sebab dengan adanya pelepasan energi (gempa) yang semakin sering, mereka justru diuntungkan, karena kemungkinan terjadinya gempa besar jadi berkurang,” ungkap pakar Geologi Struktural sekaligus Dosen Fakultas Teknik Geologi UGM Dr Subagyo Pramumijoyo di ruang kerjanya, Senin (23/8). Dijelaskan, gempa bumi ini meningkat kemungkinan juga dipengaruhi oleh benda-benda yang lain seperti matahari. Karena matahari di dekatkan sedikit saja, bisa mempengaruhi kerak bumi (gaya tarik menarik). ”Jadi di sini saya mau menegaskan bahwa dinamika di bumi, tidak hanya dipengaruhi oleh keadaan bumi saja tapi juga planet yang lain,” katanya. Disinggung soal pusat gempa yang lebih banyak berada di daerah Bantul, Subagyo menjelaskan, material yang ada di daerah tersebut cenderung lebih halus dibandingkan daerah lain. Dampaknya karena amplifikasi terjadi pada material yang sangat halus, guncangan menjadi semakin terasa. Tidak mengherankan jika masyarakat di Bantul lebih merasakan gempa dibandingkan dengan mereka yang tinggal di Sleman (materialnya lebih kasar). Karena material lempung di Bantul cenderung lebih banyak daripada Sleman. Subagyo menyatakan, sampai saat ini pihaknya belum bisa memastikan, sesar jenis apa dalam gempa Sabtu (21/8) kemarin. Hal itu dikarenakan pihaknya belum punya vocal mekanism atau mekanisme vokal yang bisa melihat arah dan memperkirakan sesar-nya. Walaupun begitu, gempa susulan dipastikan akan terjadi, meski tidak berbahaya dan kekuatannya kecil. Ini karena memang kondisi wilayah DIY secara keseluruhan berpotensi terjadi gempa. Dosen Teknik Geologi ini menambahkan, gempa yang terjadi di wilayah sesar kemarin tidak bisa menjadi patokan apakah lebih berbahaya atau tidak. Karena kategori klasifikasi gempa terjadi pada sesar atau tidak bisa dilihat dari kedalamannya. Misalnya jika hanya 10 km biasanya terjadi pada sesar dan jika lebih dari 30 km pada umumnya pada daerah subduksi. Terpisah, Kepala Dinas Kebudayaan DIY Drs Djoko Dwiyanto MHum mengungkapkan, bangunan Kraton Yogya yang rusak karena guncangan gempa kemarin perlu segera diperbaiki. Meski kerusakannya tidak parah, namun jika tidak segera ditangani dikhawatirkan dapat mempengaruhi konstruksi bangunan secara keseluruhan. ”Kerusakannya memang tidak parah. Tapi harus segera dilakukan penanganan. Karena tiang bergeser, lama-lama bangunan bisa miring dan kalau dibiarkan bisa ambruk, sehingga harus dikembalikan pada posisi semula,” katanya. Dinas Kebudayaan bersama Dinas PU ESDM akan melakukan pembahasan guna menentukan langkah selanjutnya. Setelah dilakukan assesment akan segera dirapatkan dengan Kawedanan Hageng Punakawan Sarta Kriya. ”Kapan perbaikan dimulai saya belum tahu. Kami akan berembuk dulu, tergantung nanti rekomendasinya seperti apa,” tutur Djoko. Kabid Ciptakarya Dinas PU ESDM Gatot Saptadi mengatakan, secara struktur kerusakan bangunan kraton tidak begitu parah, masuk kategori ringan. Hanya perlu dilakukan upaya pengembalian saka ke posisi semula. ”Secara teknis pengerjaan, tiang tersebut nantinya akan diangkat kemudian digeser. Itu bisa dilakukan dengan cara dongkrak,” jelasnya. (Ria/Ast)-b |
Komentar
Posting Komentar