Merapi Menepati Janji

Tepat jam 17.02 WIB Gunung Merapi menyemburkan material panas selama 9 menit ke udara, kemudian disusul jam 18.10 WIB selama 5 menit dan mereda pada pukul 18.54 WIB. Material itu berupa abu, pasir, kerikil dan awan panas. Semburan pertama pada pukul 17.02 sangat tebal dan membuat warga sekitar Kecamatan Cangkringan panik berhamburan menuju mobil evakuasi. Mulai pukul 19.02 erupsi Merapi berubah menjadi wedhus gembel (awan panas), beserta larva panas yang meluncur ke bawah.

Pada saat semua penduduk Cangkringan pergi mengungsi Mbah Maridjan, sang juru kunci Merapi beserta anak buahnya, yaitu Mbah Rejo dan Mbah Ponirin masih bertahan di sekitar masjid di dusun setempat. Namun pada saat itu sudah ada 7 orang yang tersambar awan panas hingga terbakar 50 % lebih serta 2 orang meninggal.Beberapa saat yang lalu rumah Mbah Pujo, tetangga Mbah Maridjan dari dusun Cangkringan, biasanya rumah ini dipakai sebagai transit para pendaki, disambar awan panas sehingga Mbah Pujo, 68 tahun mengalami luka bakar 70 %. Disamping itu masih ada 4 orang korban lagi luka bakar yakni Ratni 34 tahun luka bakar 50 %, Arif Chandra 23 tahun luka bakar 50 % dan Sri Wahyu 25 tahun luka bakar 25 %, Widi,Budi Sutrisno, Relawan bernama Diah 37 tahun,Parno 60 tahun, Bilal, Muri, Sainun dan Wahyu 17 tahun belum diketahui prosentase luka bakarnya tetapi semua dirujuk ke RS Dr. Sardjito mengingat rumah sakit ini mempunyai unit luka bakar dengan instalasi terlengkap.

Informasi yang bisa kami peroleh saat ini mengatakan bahwa hujan abu sudah sampai Magelang, Secang dan juga Kebumen. Sampai saat ini kita masih mengkawatirkan kondisi Mbah Maridjan yang belum diketahui nasibnya. Tetapi memang beberapa hari yang lalu beliau tidak bersedia mengungsi dan bahkan bercanda nanti kalau mengungsi bisa digeguyu pitik. Hal ini perlu kita acungi jempol akan tugas dan tanggung jawab Mbah Maridjan sebagai Juru Kunci Merapi yang kekeh pada job nya itu.

Saat ini keadaan di dusun Kinahrejo gelap gulita karena listrik padam tertimpa pohon yang tumbang akibat guguran larva panas yang ternyata lurus menuju Umbulharjo dan Hargobinangun.Di Kinahrejo sendiri masih ada 11 orang yang belum bisa dievakuasi karena masih panas dan gelap. Baru-baru ini ditemukan sesosok mayat diluar rumah di Kaliadem tanpa luka bakar sedikitpun, identitas belum diketahui, tetapi dia adalah laki-laki berumur sekitar 30 tahun, belakangan diketahui bernama Wagiyo. Saat ini yang bisa naik turun memeriksa lapangan adalah team SAR dengan motor trail dan mobil offroader.

Kabar terkini 10 orang yang ada di masjid di rumah Mbah Maridjan terkapar lemas tersambar awan panas dengan luka terbakar, di dalamnya ada seorang wartawan. Dan saat ini Gubernur DIY, Sri Sultan HB X beserta Bupati Sleman, Bpk Sri Purnomo mengunjungi barak pengungsian di Umbulharjo. Baru saja dipastikan bahwa ke 10 orang beserta 1 orang wartawan dari Jakarta dinyatakan telah meninggal dunia.


Sampai saat ini nasib Mbah Maridjan masih belum jelas, terakhir Mbah Maridjan ada di Kinahredjo namun evakuasi belum bisa dilakukan karena tanah masih panas, dan mobil terhalang pepohonan yang tumbang keterjang larva panas. Relawan harus menyiapkan chainsaw (gergaji) untuk memotong pohon dan menyingkirkannya. Dini hari baru terbukti bahwa Mbah Maridjan yang bergelar Raden Penewu Surakso Hargo, pancen rosa, pancen ampuh. Tim evakuasi menemukan Mbah Maridjan di kamarnya dalam keadaan bersujud. Berita terbaru menginformasikan bahwa Mbah Maridjan telah meninggal dunia. Jenazahnya masih ada di runag instalasi forensik RS Dr. Sardjito, pemakaman besok tgl 28 Oktober 2010 jam 10.00 wib di TPU Sidorejo, Umbulhardjo. Malam ini rencananya jenazah Mbah Maridjan akan diambil pihak keluarganya dari RS Dr.Sardjito.

Selamat Jalan Mbah Maridjan
Banyak kenangan manis dengan Mbah Maridjan sewaktu masih hidup. Beliau benar-benar patuh terhadap pesan Sultan HB IX untuk menunggui gunung Merapi dengan segala tingkah polahnya. Kalau sedang meletus begini disebutnya Merapi sedang sakit. Beberapa waktu yang lalu menyatakan bahwa Kaliadem itu adalah knalpotnya Merapi, sampai sekarang kita belum tahu apa itu maksudnya. Bahasanya lugas dan lebih sering basa jawa ngoko dan sangat jarang mau diphoto, bahkan banyak wartawan yang kecele karena sering beliau tidak mau diwawancarai. Apabila beliau sedang dikebun untuk bertani, mencangkul atau memetik jipang, maka kemungkinan besar anda akan diminta untuk membantunya. Baru setelah itu kalau anda hendak mewawancarai beliau akan menanggapi. Sekali lagi selamat jalan Mbah Maridjan, namamu tetap menjulang tinggi seperti Merapi....

Sampai sore ini korban meninggal sudah ada 33 orang, 25 orang diantaranya telah berhasil diidentifikasi termasuk Yuliawan Wahyu Nugroho alias Wawan, wartawan vivanews.com yang telah dimakamkan tadi kemarin siang di Ambarawa, Jawa Tengah.

Menurut Bpk Subandriyo, Kepala Balai Penyelidikan dan Pengembangan Teknologi Kegunungapian (BPPTK) menekankan bahwa kondisi gunung Merapi sudah mereda karena energinya telah dilepaskan pada letusan (eksplosif) jam 17.02 kemarin. Sehingga masyarakat Yogyakarta dihimbau tetap tenang dan tidak usah resah dengan adanya berbagai sms yang menyesatkan. Aktivitas selanjutnya kemungkinan besar berupa erupsi (lelehan, muntahan) magma bukan eksplosif (ledakan) lagi, hal ini didukung oleh data kegempaan yang intensitasnya sudah jauh menurun.

Sementara itu Pemprov DIY akan memberikan santunan sebesar Rp 2 juta bagi korban yang meninggal dunia dan biaya rumah sakit yang dirujuk bagi yang luka-luka akan ditanggung sepenuhnya oleh Pemprov DIY.  

Berikut inilah rekaman gambaran after eruption of  Mt. Merapi, benar-benar mengerikan dan sekaligus menggetarkan jiwa orang normal.

dasar kali Gendol tertutup abu vulkanik
 Inilah hasil muntahan Merapi yang berupa pasir dan kerikil. Kalau hujan deras maka berpotensi longsor
jalan aspal tak kelihatan, tertutup debu Merapi
 Jalan disekitar dusun Kinahrejo tertutup abu vulkanik setebal 4 - 5  cm dan kalau hujan menjadi sangat licin. Dan dusun Kinahrejo porak poranda menjadi kampung mati.
pohon bambu langsung kering tertutup debu
banyak pohon tumbang tersapu wedhus gembel
 Tidak hanya Mbah Maridjan saja yang tidak tahan terhadap hempasan wedhus gembel, pohon-pohonpun terlihat kering meranggas tertutup abu dan menjadi kering karena langsung dioven dengan suhu lebih dari 600 derajad celcius.
Puncak Merapi bermahkota awan dan berselimut debu
 Konon masih ada sekitar 7 juta m3 lahar dingin yang siap dimuntahkan ke bawah menuju Kali Gendol. Kalau 1 rit truck Mitsubishi 120 PS hanya bisa muat 5 m3 pasir berarti dibutuhkan 1,4 juta buah truck pasir, ruar biasa.....














Komentar

Artikel Populer

Karet Gelang Panci Fissler Rusak

Cooking Class Hakasima di Rm Cobra Yogya (Product)

Panci Presto Fissler Berganti Menjadi Sizzling