Grateful Sense

Arti Bersyukur
Suatu hari Minggu yang cerah aku mengajak anak lelakiku Nikolas balik ndeso, rumah nenek di Bantul, sebuah kota kecil di selatan Yogyakarta. Penduduk disekitar rumah nenek hidup dari hasil pertanian. Taraf hidup mereka pas-pasan cenderung miskin. Mereka menghabiskan waktunya di sawah dengan menanam padi maupun palawija. Hasilnya relatif habis untuk makan sehari-hari tanpa bisa menabung,membeli baju baru apalagi motor atau mobil.

Sepulang dari rumah nenek saya bertanya kepada anak lelakiku. Bagaimana pendapatmu tentang orang-orang desa disekitar rumah nenek? Kamu lihat bukan kehidupan mereka yang serba kekurangan, miskin.

Iya pak, jawab anak lelakiku. Jadi apa yang bisa kita petik dari acara balik ndeso ini Nak. Dengan polosnya anakku menjelaskan, saya mendapat kenyataan bahwa kita mempunyai seekor anjing sedangkan mereka mempunyai 3 ekor. Kita mempunyai kolam yang panjangnya hanya setengah taman kita dan hanya berisi 1 ekor kura-kura, sedangkan mereka mempunyai sungai kecil yang bening dan tak terhingga panjangnya. Kita mempunyai lampu antik yang digantung ditengah ruangan sedangkan mereka mempunyai bintang-bintang dilangit yang menerangi taman mereka. Beranda rumah kita cukup lebar untuk memuat 2 buah mobil tetapi milik mereka seluas horison. Kita tinggal dan hidup ditanah yang sempit sedangkan mereka mempunyai tanah sejauh mata memandang. Kita mempunyai pembantu yang melayani setiap kebutuhan kita, tetapi mereka melayani dirinya sendiri. Kita membeli setiap makanan yang kita makan, tetapi mereka menanamnya sendiri. Kita memiliki dinding yang kuat untuk melindungi kita, dan mereka mempunyai teman-teman dan sahabat yang setia menjaga kehidupan mereka.Tanaman mereka menghasilkan oksigen yang menyejukkan udara, sedangkan motor dan mobil kita mengotorinya dengan sisa gas buang yang jahat.

Aku hanya melongo dibuatnya. Tak ada satu katapun yang bisa kuucapkan, Nikolas baru klas 5 SD.Dia bisa memandang kenyataan hidup dengan caranya, dengan kepolosannya.

Terima kasih ya Pak telah mengajakku ke desa, dan akhirnya kita tahu betapa miskinnya kita pak.

Ya memang. Terlalu sering kita melupakan apa yang telah kita miliki dan hanya berkosentrasi dengan apa yang tidak kita miliki. Kadang-kadang kekurangan yang dimiliki seseorang merupakan anugerah bagi orang lain. Semua berdasarkan perspektif setiap pribadi. Oleh karena itu lebih baik kita bersyukur atas apa yang telah Tuhan berikan daripada kuatir untuk meminta lebih.

Komentar

Artikel Populer

Karet Gelang Panci Fissler Rusak

Cooking Class Hakasima di Rm Cobra Yogya (Product)

Panci Presto Fissler Berganti Menjadi Sizzling