Topang Menopang

Saya dengan istri saling memberi kesempatan dalam bekerja. Dan selama ini kami rasakan cukup berhasil karena saling menopang. Pagi hari pada waktu anak-anak sekolah, istri saya antar jemput anak sambil jadi agen MLM seperti Oriflame (kosmetika dari Swedia), asuransi, pakaian, tas maupun ayam presto. Sore hari gantian saya menggantikan kontrol belajar anak-anak sebagai guru privat karena pengalaman diles-privatkan malah gurunya dikerjain, hampir setiap 5 menit ditinggal entah cuci muka,minum,tengok kura-kuranya dan yang lebih mengkawatirkan adalah nilai rata-rata tidak ada yang lebih dari 8 hampir untuk seluruh mata pelajaran SD.

Seluruh keluarga bersyukur bilamana istri memperoleh tutupan asuransi yang cukup besar, mendapat pesanan ayam presto yang cukup banyak maupun memperoleh order dari para member downlinenya di Oriflame.

Saya sendiri dengan percaya diri dan suka hati memegang pabrik mebel milik seorang teman.Aku yang mengelola segala urusan produksi dengan sumber daya manusiannya yang beroutput total eksport, sedangkan temanku yang mengurusi marketingnya.

Memang tidak selamanya hubungan kami demikian mulus. Ada kalanya kami mengalami saat-saat merasa seolah-olah lebih baik tidak usah kawin dan tidak pernah punya anak.Kadang-kadang saya marah karena keuangan sudah menipis pada minggu ke 3.Biaya berbagai les privat anak nguras keuanganku sungguh seperti mobil penyedot tinja saja. Saya merasa murung dan ingin menyendiri di tempat yang sunyi.

Demikian sebaliknya kadang-kadang istriku pergi dan tidak mengacuhkan keluarga beserta segala keperluannya.Smsnya saja yang sampai ke Hp ku, "Satu hari ini aku berhenti jadi Ibu Rt, semua terserah kepala rumah tangga." Namun kami bersusah-payah dan bertekad-bulat untuk saling menyelaraskan diri. Kami menjaga rasa humor dan selalu bersedia berubah agar dapat menyesuaikan diri dan saling memenuhi kebutuhan masing-masing, dibidang jasmani dan rohani.Jadi hidup ini harus saling topang-menopang agar menjadi lebih ringan